Metode Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Berdasarkan Perspektif Filsafat
Delvi Amalia Reda Anisah
Universitas
Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang,
Jalan Gajayana
50
Malang 65145
Abstrak : Pemahaman terhadap metode pengembangan ilmu pengetahuan bertujuan untuk memberikan
gambaran umum tentang prosedur-prosedur dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Berikut
merupakan perkembangan untuk mendapatkan pengetahuan, dimulai dari yang tidak
ilmiah menjadi metode ilmiah; common
sense (akal sehat), seni, rasionalisme, empirisme, falsifikasionisme,
relativisme, pragmatis, dan filsafat ilmu. Sedangkan, metode ilmiah untuk
pengembangan ilmu pengetahuan terdiri atas; kuantitatif, kualitatif, deduktif
dan induktif. Pemilihan penggunaan metode-metode ini disesuaikan tergantung pada materi atau masalah yang akan
dipelajari.
Kata
Kunci : ilmu, pengetahuan, ilmu pengetahuan, metode ilmiah
Setiap individu
memiliki pertanyaan-pertanyaan dan permasalahan yang diharapkan dapat ditemukan
jawabannya. Manusia ingin tahu tentang nasibnya, tentang kebebasan dan
kemungkinan-kemungkinannya. Sehingga, berkembanglah pengetahuan menjadi ilmu
dan ilmu pengetahuan. Berkenaan dengan hal ini, berkembanglah prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan baik berupa
metode ilmiah maupun metode non ilmiah. Namun, tidak semua pertanyaan
dapat ditemukan jawabannya dengan mudah. Sehubungan dengan hal ini, filsafat
sebagai tempat atau wadah dimana pertanyaan-pertanyaan ini dikumpulkan,
diterangkan dan diteruskan. Sehingga,
filsafat disebut sebagai mother of
science atau induk pengetahuan, karena semua ilmu pengetahuan berasal atau
asal usulnya dari filsafat. Berkenaan dengan hal ini, filsafat dan pengetahuan
memiliki hubungan yang sangat erat dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Manusia
mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,
baik dan buruk serta indah dan jelek. Kemampuan penalaran yang dimiliki manusia
dapat mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan pengetahuan manusia sesnatiasa
berubah, semakin dinamis, progresif dan inovatif. Sebagaimana hal tersebut,
ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu hal yang sudah selesai terpikirkan, sesuatu
hal yang tidak pernah mutlak, sebab selalu akan disisihkan oleh hasil-hasil
penelitian dan percobaan-percobaan baru yang dilakukan dengan metode-metode
baru atau karena adanya perlengkapan-perlengkapan yang lebih sempurna. Oleh
sebab itu, artikel ini menyajikan pembahasan singkat mengenai metode
pengembangan ilmu pengetahuan dari perspektif filsafat yang bertujuan untuk
memberikan pemahaman mengenai metode-metode pengembangan ilmu pengetahuan guna
mendorong penemuan-penemuan baru yang bermanfaat untuk semua orang.
FILSAFAT
Ketika kita
membicarakan tahap-tahap perkembangan pengetahuan tercangkup pula di dalamnya
telaah filsafat yang menyangkut pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Sehubungan
dengan hal tersebut, muncullah yang namanya filsafat ilmu. Menurut Mohammad
Adib, filsafat ilmu merupakan bagian epistemiologi (filsafat pengetahuan) yang
secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah) atau dengan kata
lain filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi kehidupan manusia.[1]
Pengertian
filsafat sendiri secara etimologis (arti
kata), kata filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar
katanya philos (philia: cinta,
kekasih, sahabat, kecenderungan pada sesuatu) dan sophia (kearifan, kebijaksanaan, pengetahuan). Jadi secara harfiah
berarti mencintai kebijaksanaan atau pengetahuan (Pythagoras, 572-497 SM)[2]
ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan
terdiri atas dua kata yaitu ilmu dan pengetahuan. Pengetahuan mempunyai cakupan lebih luas dan umum
daripada ilmu. Sebagaimana menurut Prof.Dr.Mohammad Hatta bahwa “Tiap-tiap ilmu
adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu
golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya tampak dari
luar maupun menurut bangunnya dari dalam".[3] Sedangkan,
pengertian pengetahuan sendiri menurut Prof.Dr.dr.Stefanus Supriyanto,MS adalah
sebagai berikut:
“Pengetahuan adalah semua ketahuan kita tentang suatu
objek yang meliputi aspek ontology (what…), epistemology (How…,why it happens)
dan aksiologi (what for…)”.[4]
Sehubungan dengan pendapat di atas, pengertian ilmu pengetahuan dalam
“Ensiklopedia Indonesia”, adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang
masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, hingga menjadi
kesatuan, suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan
sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan
memakai metode-metode tertentu (induksi, deduksi).”[5] Sedangkan
menurut Prof.Dr.Ashley Montagu, Guru Besar Antropologi pada Rutgers University
menyimpulkan:
“Science is a
systematized knowledge derived from observation, study and experimentation
curried on order to determine the nature of principles of what being studied” (Ilmu pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari
pengamatan studi dan percobaan untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal
yang di studi). [6]
Dari
pernyataan-pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang menjelaskan tentang adanya
suatu hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman-pengalaman,
kesadaran, informasi dan sebagainya. Sedangkan ilmu adalah kumpulan dari
pengetahuan-pengetahuan yang teratur. Sehingga, ilmu pengetahuan dapat
diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang lebih pasti, praktis, sistematis,
metodis, dan ilmiah.
PERKEMBANGAN
METODE ILMU
Menurut
Prof.Dr.dr.Stefanus Supriyanto,MS Ilmu dapat ditinjau dari sekumpulan
pengetahuan ilmiah, dan/atau sekumpulan aktivitas ilmiah, dan/atau metode
ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah. Berikut
ini merupakan perkembangan untuk mendapatkan pengetahuan, dimulai dari yang
tidak ilmiah menjadi metode ilmiah.[7]
1.
Common sense (akal sehat)
- Berakar pada adat dan tradisi -> menjadi kebiasaan dan pengulangan (landasan kurang kuat)
- Cenderung kabur dan samar-samar.
- Pengetahuan tidak teruji, karena kesimpulan biasanya ditarik dengan asumsi yang tidak diuji dulu.
- Didukung metode trial and error serta pengalaman.
2.
Seni
Applied
art yang
mempunyai kegunaan langsung pada kehidupan badaniah dan fine art yang dapat memperkaya kegunaan
spiritual. Sifat seni adalah deskriptif dan fenomenologis serta ruang
lingkupnya terbatas. Seni bersifat subjektif, individual, dan personal. Oleh
karena itu seni mencoba memberi makna sepenuhnya terhadap suatu objek. Komunikasi
merupakan inti dari seni.
3.
Rasionalisme
Pembuktian
kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasional atau menggunakan
logika dedukatif. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir
rasionalisme. Berpikir dari yang sifatnya universal, kemudian mencoba melakukan
kesimpulan pada fenomena yang sifatnya spesifik. Kelemahan logika deduktif ini,
sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta, sehingga sering
diragukan bagi kelompok induktivisme.
4.
Empirisme
- Jumlah observasi harus besar.
- Observasi harus diulang-ulang pada variasi kondisi yang luas.
- Keterangan observasi yang sudah diterima, tidak boleh bertentangan dengan hukum universal yang menjadi kesimpulan.
5.
Falsifikasionisme
Namun suatu
fakta/fenomena baru dapat menolak teori yang sudah ada atau menggagalkan teori
yang sudah ada. Kondisi ini dikenal dengan sebutan falsifikasi. Karl Popper
pada tahun 1919-20an menjelaskan metode yang dapat digunakan untuk membantah
dan menguji sebuah teori, dengan mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang
tidak mungkin terjadi, jika pernyataan ilmiah tersebut memang benar.
6.
Relativisme
Pada
relativisme, teori dikatakan baik harus dinilai relatif dari segi standar yang
diterima oleh masyarakat, sedangkan standar itu secara tipikal akan berlainan
sesuai dengan kultur dan historis masyarakat masing-masing. Untuk itu pada
akhir analisisnya perlu pertimbangan aspek psikologis dan sosiologis.
7.
Pragmatis
John Dewey
menyatakan bahwa tidak perlu mempersoalkan kebenaran suatu pengetahuan,
melainkan sejauh mana kita dapat memecahkan persoalan yang timbul dalam
masyarakat.
8.
Filsafat Ilmu
Filsafat
meletakkan dasar-dasaf suatu pengetahuan. Landasan berfikir filsafat menggunakan
metode analisis dan sintesis. Analisis pengetahuan yang dihasilkan dari
berpikir rasionalisme dan empirisme, kemudian dilakukan suatu sistesis baru
merupakan kajian Filsafat Ilmu. Filsafat ilmu juga
mempelajari metode setiap ilmu sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar.
METODE ILMIAH
The Liang Gie,
mendefinisikan metode ilmiah sebagai prosedur yang dipergunakan oleh ilmuan
dalam pencarian sistematik terhadap pengetahuan baru dan peninjauan kembali
pengetahuan yang telah ada. Secara sederhana, metode ilmiah ialah posedur untuk
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Metode ilmiah dibangun oleh pola
prosedural, tata langkah, teknik dan peranti alat ukur.[8] Unsur-unsur
metode ilmiah ini dijabarkan sebagai berikut:
1.
Pola prosedural (aktivitas indera dan logika)
a.
Indera:
1)
Pengamatan
2)
Percobaan
3)
Pengukuran
4)
Survai
b.
Logika: Deduksi dan induksi
2.
Tata langkah (tahapan riset)
a.
Penentuan masalah b. Perumusan masalah
c. Penetapan tujuan
d. Perumusan hipotesis
e. Pengumpulan data
f. Pengujian hasil
g. Penarikan kesimpulan
3.
Tehnik
a.
Observasi atau eksperimen
b.
Perhitungan
c.
Pengukuran antropometri
d.
NGT, FGD
4.
Piranti
a.
Form observasi
b.
Timbangan
c.
Meteran
d.
Komputer
Sedangkan
menurut Suriasumantri J.S, 1996 menyatakan bahwa metode ilmiah merupakan
prosedur (langkah sistematik) dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu
pengetahuan. Metode ilmiah merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah yang sistematis. Metode ilmiah dengan beberapa
sinonim, antara lain ialah metode kuantitatif dan kualitatif, metode deduksi
dan induksi.[9]
1.
Metode Kuantitatif
Metode untuk mendapatkan ilmu yang mengutamakan
bahan-bahan keterangan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat
diukur dengan mempergunakan skala-skala, indeks, tabel dan beberapa perhitungan
ilmu pasti (mencangkup statistik dan sociometry).
2.
Metode Kualitatif
Metode untuk mendapatkan ilmu yang lebih mengutamakan
penggunaan analisa deskriptif mendalam dan mengesampingkan angka-angka atau
ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak di dalamnya termasuk metode historis, komparatif (membandingkan) dan case study (studi kasus).
3.
Metode Deduktif
Metode-metode yang mempelajari suatu gejala yang umum untuk memperoleh
kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan lebih khusus.
4.
Metode Induktif
Metode yang mempelajari suatu gejala yang khusus untuk
memperoleh kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan yang lebih luas dan
diambil generalisasinya.
SIMPULAN
Pengetahuan pada
hakikatnya merupakan segala sesuatu apa yang kita ketahui tentang suatu objek
tertentu. Perkembangan untuk mendapatkan pengetahuan, dimulai dari yang tidak
ilmiah menjadi metode ilmiah; common
sense (akal sehat), seni, rasionalisme, empirisme, falsifikasionisme,
relativisme, pragmatis, dan filsafat ilmu. Pengertian ilmu adalah kumpulan
pengetahuan yang diperoleh melalui kegiataan riset atau penelitian. Sehingga konsep
Ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan tentang objek tertentu yang disusun
secara sistematis sebagai hasil penelitian dengan menggunakan metode tertentu. Metode-metode
ini adalah metode ilmiah yaitu posedur untuk mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Metode ilmiah ini terdiri atas; (1) metode kuantitatif, adalah
penyusunan hasil penelitian yang mengutamakan keterangan angka-angka, dan
data-data yang dapat diukur dengan mempergunakan skala-skala, indeks, tabel dan
beberapa perhitungan ilmu pasti (mencangkup statistik dan sociometry), (2)
metode kualitatif, lebih mengutamakan penggunaan analisa deskriptif mendalam
dan mengesampingkan angka-angka atau ukuran-ukuran, (3) metode deduktif, gejala
yang umum untuk memperoleh kaidah-kaidah lebih khusus yang berlaku di lapangan,
dan (4) metode induktif, mempelajari suatu gejala yang khusus untuk
memperoleh kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan yang lebih luas dan
diambil generalisasinya. Pemilihan penggunaan metode-metode ini
disesuaikan tergantung pada materi atau
masalah yang akan dipelajari.
DAFTAR RUJUKAN
Adib, Mohammad. 2010. Filsafat
Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Hanafi, SRDm Rita dan Soetriono. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Latif,
Mukhtar.2014. Orientasi Ke Arah Pemahaman
Filsafat Ilmu.Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Peursen,
Van. 1993. Susunan Ilmu Pengetahuan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Salam, Burhanuddin. 2003. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Suhartono, Suparlan. 2005. Filsafat
Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.
Supriyanto, Stefanus. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 2007. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan lmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
[1] Mohammad Adib, Filsafat Ilmu
ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan,(Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2010), hlm. 35-36.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar